Skip links

Melek Huruf

Tempat untuk menjauh dari kebisingan dan membuka mata.

Melek Huruf berangkat dari sebuah andai-andai. Andai kita tidak tinggal di kota, tidak bekerja 9-5 dan menyelipkan pekerjaan sampingan untuk menambah uang tabungan, tidak menghabiskan hari dan energi dengan macet-macetan – hidup ini akan seperti apa? 

Untuk Cristian, setengah dari Melek Huruf, hidup itu harus berguna. Dia benar-benar menjalankan falsafah urip iku urup dalam setiap harinya. Setiap kegiatan diukur efektivitasnya, setiap tawaran profesional ditimbang bukan hanya dari uang yang dihasilkan, tetapi dari guna yang dapat dibagikan dengan orang lain.

Usaha untuk berguna seringkali terbentur berbagai keterbatasan hidup di kota. Terbatas secara finansial untuk membangun tempat usaha dan rumah yang sesuai keinginan. Terbatas waktu, karena sebagian besar waktu dipakai untuk menyelesaikan pekerjaan demi menyambung hidup. Terbatas untuk menjalin koneksi dengan orang lain, karena hidup di Jakarta mengajarkan membangun tembok interpersonal agar tidak dimanfaatkan orang.

Sebuah desa wisata di Kabupaten Magelang pelan-pelan menjadi jawaban, berawal dari ketidaksengajaan. Cristian pergi meliput area di sekitar Candi Borobudur bersama fotografer Muhammad Fadli untuk majalah travel DestinAsian Indonesia tempatnya bekerja. Di sana, ia jatuh cinta. Pada alamnya yang subur, pada warganya yang ramah, pada dusunnya yang resik. Sebuah mimpi mulai dibangun. Mimpi untuk menjadi berguna, dengan membagikan hal-hal yang ia ketahui dan percayai dengan orang-orang sekitar: membaca dan mencari informasi. 

Pada 2014, ia mulai menghubungi arsitek Marco Kusumawijaya dan Andesh Tomo untuk merancang rumah seorang pustakawan. Jantung bangunan terletak di perpustakaan, yang nantinya akan jadi milik publik. Rumah dibuat sebagai ‘hunian pustakawan’ di belakangnya. Sebagai pelengkap, ada sebuah pondok untuk teman, keluarga, atau tamu dari kota lain yang mampir.

Baru dua tahun kemudian rancangan yang tersimpan dalam file digital itu menemukan tanah di mana ia akan mewujud. Sebuah tanah di Dusun Pucungan, Desa Wisata Candirejo, dengan pemandangan ke Bukit Menoreh. Tanah ini ditemukan lewat bantuan Tyo, sahabat Cristian, yang tekun menemani pencarian di daerah yang sama sekali asing buatnya.

Cristian lalu membagi mimpinya dengan Nina – seorang anak kota tulen. Pada 2021, beberapa bulan setelah menikah, keduanya memulai proses pembangunan tempat yang nantinya akan menjadi rumah Melek Huruf dengan bantuan Afit, Anggi, dan Dandi dari Kanca Studio yang berbasis di Yogyakarta. Dalam prosesnya, banyak modifikasi soal bujet dan material. Satu hal penting yang selalu diingat dalam setiap tahapan – Melek Huruf ingin menjadi bagian dari Desa Pucungan, bukan bangunan angkuh yang berjarak.

Saat pembangunan berjalan, Cristian dan Nina mulai merencanakan kegiatan yang nantinya akan berlangsung di Melek Huruf. Akan ada taman baca untuk warga sekitar dan tamu yang mampir, merangkap pusat informasi seputar Magelang yang diharapkan berguna untuk peneliti atau pelancong yang penasaran. Ruang publik ini akan ditemani warung kopi dan kedai kudapan, juga area untuk membuat acara komunitas. Diskusi buku atau nonton bareng misalnya. Lalu ada pondok tamu yang juga bisa berfungsi sebagai tempat menyepi untuk penulis, fotografer, atau pekerja kreatif. Berdasarkan permintaan, tuan rumah bisa merancang tur lokal sesuai selera tamu – dari kuliner, petualangan, hingga seni budaya.

Tanggal 1 Juni 2023 adalah awal baru untuk Melek Huruf dan penghuninya. Cristian dan Nina resmi jadi warga Dusun Pucungan, dan membuka pintu bagi mereka yang ingin menikmati ketenangan, makanan rumahan, sambil ngobrol, pelesir dan membaca buku.

Jantung dari Melek Huruf adalah Taman Baca yang berisi buku-buku pilihan duet pendirinya. Buku pilihan Cristian didominasi topik sosial-politik, sedangkan koleksi buku Nina mayoritas fiksi, biasanya bertema hubungan antarmanusia. Keduanya disatukan oleh kecintaan terhadap majalah, yang juga mengisi rak-rak di Taman Baca.

Meski Kabupaten Magelang adalah rumah Candi Borobudur yang dikenal secara global, banyak hal mengenai area ini belum diketahui publik. Pusat Info di Melek Huruf menyediakan informasi, pengetahuan, statistik, dan fakta mengenai Magelang dan sekitarnya. Fasilitas ini dapat diakses secara gratis.

Sebuah hunian bersahaja di tepi desa, dengan fasilitas meliputi matras ukuran queen, kamar mandi dengan air panas, meja kerja, koneksi internet, sepeda, serta teras privat yang menatap taman dan Perbukitan Menoreh. Rumah ini bisa dihuni oleh mereka yang ingin berlibur, menyepi, atau bekerja ditemani alam dan ketenangan. 

Cristian pernah bekerja sebagai jurnalis perjalanan selama 14 tahun. Belajar dari pengalamannya, Melek Huruf merancang tur-tur tematik, privat (maksimum 2 peserta), dan all-inclusive untuk menikmati Magelang. Kami juga melayani personalized tour yang dirancang sesuai selera dan preferensi tamu.

Makanan adalah bahasa kasih andalan Nina. Di Warung mungil yang menyempil di tepi Taman Baca, ia menyajikan kopi dan teh, serta aneka kudapan dan masakan rumahan yang bisa menemani sesi membaca dan mengobrol. Sebagai bekal perjalanan pulang, pengunjung juga bisa membeli kudapan yang dikemas.

Sebelum pindah ke Magelang, Cristian dan Nina belajar mengenal tempat ini, termasuk sejarahnya, tradisinya, juga warganya. Cerita Jawa merekam pengalaman itu. Jurnal ini berisi catatan perjalanan, ulasan, dan aneka info yang diharap bisa bermanfaat bagi mereka yang juga ingin mengenal Magelang.

Alamat

Dusun Pucungan, Desa Candirejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Klik di sini untuk lihat lokasi di Google Map.

Candi Borobudur: 5,3 Km
Bandara Yogyakarta: 56 Km
Bandara Adi Sumarmo Solo: 81 Km
Bandara Ahmad Yani Semarang: 102 Km

Kontak

This website uses cookies to improve your web experience.