Skip links

Pasta & Kopi Niti: Makan Pasta di Rumah Limasan

Rasa Italia di tengah interior tradisional Jawa Tengah.

Mencari hidangan khas Italia saat jalan-jalan di area sekitar Candi Borobudur adalah hal yang berisiko. Dan sangat mungkin jadi stok anekdot untuk saya tertawakan di tengah percakapan bersama kerabat, lama setelah kembali ke Jakarta. Tetapi toh saya tertarik juga mencobanya, demi menghidupkan visual di kepala: makan pasta di rumah limasan, sambil mendengarkan gending Jawa.

Dengan semangat menjadikan pengalaman makan minum ini sebuah perjalanan, saya dan Cristian berjalan kaki dari tempat menginap, Hotel Sarasvati Borobudur. Berbekal Google Maps, kami menyusuri perumahan warga, beberapa guest house, sawah, berhenti sebentar di kemacetan jalan yang ditimbulkan barisan bebek, dan akhirnya sampai di pekarangan Ndalem Nitihardjan Guesthouse yang sekomplek dengan Pasta & Kopi Niti. 

Interior restoran. Kanan: salah satu rumah limasan yang disewakan sebagai guest house. (Foto: Melek Huruf)

Dulunya bernama Pasta Gio dan merupakan lini franchise dari Pasta Gio Yogyakarta, Niti kini berdiri sendiri. Menempati sebuah rumah limasan berlantai marmer putih dengan furnitur kayu khas Jawa Tengah, ada alunan gending yang sayup terdengar dari pengeras suara. Suara gemercik air yang ritmis dari pancuran listrik mini melengkapi suasana sore di Niti.

Sesuai namanya – kopi dan pasta – pilihan menu di Niti adalah standar rumah makan pasta dan piza. Topping piza dan pastanya klasik, namun ada sempalan selembar pilihan menu Indonesia. Menu kopinya juga klasik (dimulai dari Rp18 ribu untuk secangkir espresso), meski ada interpretasi lokal kopi cengkeh dan kopi jahe di antaranya.

Margherita Pizza (Rp54 ribu) dan Carbonara Pasta (Rp31ribu/100gr). (Foto: Melek Huruf)

Kami memesan tiga menu untuk berbagi di makan malam yang dini di bulan Juni (Niti tutup pk.19.00, dengan pesanan terakhir pada 18.30): bruschetta (Rp30 ribu) sebagai makanan pembuka, dilanjutkan Margherita Pizza (Rp54 ribu) dan Carbonara Pasta (Rp31 ribu/porsi 100gr, dan Rp51 ribu/porsi 200gr). Malam itu seperti sesi makan privat, karena tidak ada tamu lain selain kami. Tak heran, karena masih usum pandemi, hari kerja dan dalam periode usai Lebaran.

Kualitas terbaik dari bruschetta-nya adalah roti yang dibuat di tempat. Porsi Margherita Pizza seukuran pan medium Pizza Hut, dengan kulit tipis yang renyah, sehingga cukup ringan dan menyisakan tempat untuk hidangan pasta yang creamy. Untung saja masih banyak tempat di perut, karena Carbonara Pasta adalah bintang dari sajian malam ini. Pastanya terasa segar dan tingkat kematangannya pas, al dente. Sausnya ringan dan dibuat dengan teknik autentik – dengan telur mentah yang diaduk sejenak sebelum hidangan disajikan, dan bukan menggunakan krim masak. Rasa bumbunya pun halus, tidak kelewat gurih hasil percikan penyedap rasa. Kami memesan porsi 100gr, dan garpu kami masih berputar dengan cepat hingga untaian pasta terakhir lenyap dari piring. Masih ada rasa ingin yang kami simpan untuk kunjungan berikutnya. 

Pelataran Ndalem Nitihardjan Guesthouse, lokasi Pasta & Kopi Niti. (Foto: Melek Huruf)

Waktu berjalan kaki pulang dengan perut kenyang, saya memikirkan satu kualitas lain yang membuat makan di Niti sungguh berharga: tagihan makan malam kami hanya sedikit di atas Rp150ribu untuk sebuah pengalaman makan malam privat ditemani nyanyian serangga malam – kualitas yang sungguh langka buat warga Jakarta yang sering dipaksa membayar paling tidak Rp500 ribu untuk makan pasta berdua di restoran, dengan tenggat waktu terbatas 60-90 menit.

Panduan Berkunjung

  • Alamat: Ndalem Nitihardjan Guesthouse, Desa Djowahan, Wanurejo, Borobudur, Dusun XVIII, Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Google Maps
  • Jam buka: Selasa – Minggu, 11.00 – 19.00
  • Bujet: Rp150.000 – 200.000 untuk 2 orang

Leave a comment

This website uses cookies to improve your web experience.