Skip links

Saat Sup Ayam Bertemu Honje

Gemati Soup and Brew menyajikan masakan rumahan di area belakang rumah yang rindang, ditemani lagu-lagu easy jazz.

Kalau kamu berencana berkunjung ke Magelang dan mengetik “kuliner Magelang” di mesin pencari, menu makanan yang akan muncul termasuk sop senerek. Layaknya sup bening, kuah dalam hidangan ini dibuat dari kaldu daging ataupun ayam. Isiannya daging, potongan wortel, bayam rebus, dan bintangnya: kacang merah.

Di Gemati Soup and Brew, sup tampil beda. Ia dibuat dari kaldu ayam dan konsistensinya agak pekat, alih-alih ringan dan bening. Saat disendok, ada potongan ayam, wortel, brokoli, juga makaroni spiral. Rasanya cenderung gurih, tapi lirih. Berbeda dari citarasa kuliner tradisional Magelang yang berani bumbu alias medok dengan rasa dominan manis. Menemani sup, ada nasi dari beras pecah kulit – beras yang masih berkulit ari, sehingga berwarna coklat dan lebih bertekstur dibanding saudaranya yang putih. Pengunjung juga bisa memesan aneka Pelengkap – seperti sepasang tempe garit dan sepiring telur kriwil (atau disebut telur barendo dalam kuliner Padang) yang gurih dan renyah, mengimbangi rasa sup yang halus.

Saat lidah mencecap kombinasi kuah sup dan kriuk telur kriwil, nasi yang cenderung kenyal ditemani potongan tempe yang padat, telinga dihibur lagu-lagu easy jazz dari perangkat suara di area makan kedai. Sungguh romantis!

Gemati Soup & Brew

Cita rasa sup dan pilihan musik di Gemati diracik oleh Arief Yulindra, pemilik kedai sekaligus satu-satunya tukang masak di sini. Lebih dikenal sebagai Toyib, ia bersuara lembut dan matanya berbinar saat menceritakan tentang masakannya. “Semoga suka ya, mbak, nasinya. Cukup lama juga aku cari-cari beras pecah kulit ini dari beberapa petani sekitar sini, untuk nemenin sup,” katanya. 

Sajian lain di Gemati Soup and Brew adalah sate goreng. Bayangkan potongan dada ayam dengan bumbu kecap dan cabai rawit yang ditumis, alih-alih dibakar seperti sate pada umumnya. Kecap Kalkun yang terasa lebih ringan dibanding kecap botolan membalut potongan ayam.

Dua pekan terakhir, Gemati mulai memanfaatkan kembang kecombrang alias honje dari kebunnya. Kelopak bunga berwarna jambon ini diiris tipis dan dibarengi irisan daun jeruk purut, bawang merah, dan cabai yang ditumis dengan minyak kelapa. Ramuan aromatik ini kemudian disiramkan pada suwiran daging paha ayam. Saat menyajikan, Ely, mitra kerja sekaligus istri Toyib, langsung bertanya: “Mbak, apakah mau dibawakan air putih dingin?”

Gemati Soup & Brew

Ayam Suwir Honje ini – seperti dapat ditebak – rasanya meledak-ledak. Gurih, pedas, dan bikin mata melek. Balutan minyak kelapa dalam menu ini sungguh pas bersanding dengan sepiring nasi cokelat yang agak kesat. Kalau tak ingat usia, saya pasti sudah minta tambah nasi!

Sup, sate goreng, dan kini ayam suwir honje, adalah tiga menu utama di Gemati setelah dibuka kembali pada Juni 2024. Ia sempat hiatus di masa pandemi. Saat dibuka kembali, menu sup andalannya dipertahankan, namun hadir dengan cita rasa yang lebih matang. Terutama kaldu dalam supnya yang kini terasa lebih tebal. Sate goreng dan ayam suwir honje adalah menu baru. Yang juga berubah adalah opsi minumannya. Jika sebelumnya aneka teh jadi andalan, kini ada bar kecil yang disiapkan untuk menyeduh kopi.

Best seller-nya Karib, mbak,” kata Toyib. Tak heran, Karib adalah kopi susu gula aren yang banyak digemari muda-mudi yang suka ngopi di kafe beberapa tahun belakangan. Jujur, saya skeptis tapi berpikir tak ada salahnya mencoba. Ternyata, saya dibuat kaget. Saya menyukainya! Warnanya pucat seperti susu coklat encer, tetapi ternyata aroma kopinya tetap terasa meski rasanya cenderung creamy. Berbeda dari es kopi dari Cipete yang bikin kopi susu meledak di Jakarta dan sekitarnya, Karib terasa sopan. Manisnya sedikit, aroma kopi masih ada, dan susunya tidak bau “susu”.

Setiap pagi, Mas Toyib berangkat naik motor ke pasar untuk belanja bahan segar. Lepas jam 12 siang, ia mulai memasak untuk mempersiapkan pembukaan warung setiap jam 15.00. Sejak dibuka kembali, Gemati memutuskan fokus melayani pengunjung di jam kopi sore dan makan malam. Meski begitu, light box di depan kedai bertuliskan “Lunch Break. Dinner Date”. Mungkin lebih pas disebut Coffee Break.

Tapi Gemati memang nyaman untuk dijadikan tempat rehat atau lokasi kencan. Kedai ini berada di pekarangan belakang rumah pemiliknya, dan bersinggungan dengan studio sablon yang ia kelola. Dapur dan sebagian besar tempat duduk diposisikan di area berlantai semen yang semi-terbuka. Ada meja makan, juga set sofa yang cocok untuk ngopi. Meja dan kursinya bergaya jengki, sebagian lagi furnitur antik yang diperbarui. Dari tempat duduk, tamu bisa melihat Mas Toyib memasak di dapur yang terbuka seperti di restoran Cina atau bakmi Jawa dengan kuali dan api yang menyala-nyala. Juga mengamati Mas Fikri menyeduh kopi di bar dekat sound system yang waktu itu sedang memutar What a Wonderful World versi Soap & Skin. Melihat proses memasak dan menyeduh kopi adalah bagian dari pengalaman makan di Gemati.

Beberapa meja ditata di area taman, yang diisi helai-helai daun keladi raksasa dan bersebelahan dengan area bonsai. Bayangkan menikmati sore ditemani sepiring sup, nasi coklat, tempe garit, dan telur kriwil. Seusai makan, menyeruput es kopi susu Karib sambil mengobrol ditemani musik. Mampirlah jika kamu ingin merasakan pengalaman makan yang berbeda di Magelang – pengalaman makan yang rasanya seperti numpang makan di rumah teman baik.

Panduan Berkunjung:

  • Alamat: Dusun Mantenan RT 5 RW 1, Mertoyudan, Magelang. Google Maps
  • Jam buka: 15:00-22:00 (cek Instagram Story @gematisoup sebelum berkunjung)
  • Bujet: Rp50.000-100.000 untuk 2 orang

Leave a comment

This website uses cookies to improve your web experience.